Halaman

Archive for 2020

  • Makalah Gangguan Haid dan Pelvic Inflamatory Desease

    0

    KESEHATAN REPRODUKSI DAN

    KELUARGA BERENCANA

    (Gangguan Haid dan Pelvic Inflamatory Desease)

     

    Diajukan untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

    Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana

     

    DISUSUN OLEH:

     

    KELOMPOK 1

    Ø  CANTIK (A.1118477)

    Ø  INDRIYANTI RAMADHANI (A.1118480)

    Ø  FARDAH AGUSRIANI (A.1118474)

    Ø  ASTRI MURTHI (A.1118484)

     

     

    AKADEMI KEBIDANAN MENARA PRIMADANI WATANSOPPENG

    2019


    KATA PENGANTAR

     

     

    Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat, dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan Makalah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana yang berjudul Masalah-masalah Kesehatan Reproduksi yang sering terjadi pada Siklus Menstruasi terkhususnya pada Gangguan Haid dan Pelvic Inflamatory Desease (PID). Pada kesempatan kali ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keuarga Berencana Ibu Astuti S.ST. serta seluruh pihak yang telah membantu penulis hingga makalah ini selesai.

    Semoga dengan tersusunnya makalah  ini,  para pembaca akan lebih memahami gangguan haid dan pelvic inflamatory desease. Makalah kami jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun demi kemajuan makalah ini.  Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi akademi ini sendiri.

     

    Soppeng,17 Maret 2019

     

     

    Kelompok 1

     

     

     

     

     

    DAFTAR ISI

               

    KATA PENGANTAR   ............................................................................... i

    DAFTAR ISI  .............................................................................................. ii

    BAB I PENDAHULUAN   ........................................................................ 1

    A.   Latar Belakang   ........................................................................... 1

    B.   Rumusan Masalah   .................................................................... 1

    C.   Tujuan Penulisan  ....................................................................... 1

    BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3

    A.   Gangguan Haid............................................................................ 2

    B.   Pelvic Inflamatory Desease (PID) ........................................... 18

    BAB III PENUTUP   ............................................................................... 18

    A.   Simpulan   ................................................................................... 25

    B.   Saran   ......................................................................................... 25

    DAFTAR PUSTAKA   ............................................................................ 26

    LAMPIRAN.............................................................................................. 27

     

     


    BAB I

    PENDAHULUAN

     

    A.     Latar Belakang

    Kesehatan reproduksi (Kespro) mulai dimasukkan dalam Riskesdas 2010 yang hanya memberikan gambaran nasional dan provinsi. Riskesdas 2013 menyediakan informasi kesehatan reproduksi baik tingkat nasional, provinsi, bahkan kabupaten/kota (terbatas untuk indikator tertentu), sehingga provinsi dapat menilai cakupan pelayanan kesehatan ibu berbasis komunitas sebagai komplemen dari data rutin.

    Masa reproduksi merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genital bermakna untuk  memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali, dan selama ini wanita berdarah selama 1800 hari. Biarpun pada usia 40 tahun ke atas wanita masih mampu hamil, tetapi fertilitas menurun cepat sesudah usia tersebut.

     

    B.   Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini adalah:

    1.    Apa gangguan haid pada siklus reproduksi wanita?

    2.    Apa yang dimaksud dengan Pelvic Implementary Desease (PID)?

     

    C.   Tujuan

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :

    1.     Mengetahui apa gangguan haid pada siklus reproduksi wanita

    2.     Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pelvic Implementary Desease (PID)

     

     

    BAB II

    PEMBAHASAN

     

    A.        Gangguan Haid

    Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG , 2005: 103).

    Menstruasi adalah penumpahan lapisan uterus yang terjadi setiap bulan berupa darah dan jaringan, yang dimulai pada masa pubertas, ketika seorang perempuan mulai memproduksi cukup hormon tertentu (‘kurir’ kimiawi yang dibawa didalam aliran darah) yang menyebabkan mulainya aliran darah ini (Robert P. Masland dan David Estridge, 2004: 51)

     

      Faktor – Faktor yang Mempengaruhi

    Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya haid antara lain :

    1) Faktor hormon

    Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita yaitu:

    a.       FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang dikeluarkan oleh Hipofise

    b.      Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium

    c.       LH (Luteinizing Hormone) dihasilkan oleh Hipofise

    d.      Progesteron dihasilkan oleh ovarium

    2) Faktor Enzim

    Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam sintesa protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.

    3) Faktor vascular

    Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteria-arteria, vena-vena dan hubungan antaranya. Dengan regresi endometrium timbul statis dalm vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari vena.

    4) Faktor Prostaglandin

    Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi myometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

     

      Sindrom Pra-Haid

    Sindrom pra-haid adalah sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara hari pertama hingga hari keempat belas sebelum masa haid dimulai dan diikuti dengan tahap bebas gejala jika masa ini telah lewat (Anthony Tan,2002:23).

    Beberapa dokter percaya bahwa sindrom pra-haid dialami oleh separuh dari total perempuan yang berada pada masa reproduktif. Sekitar lima persen dari perempuan yang mengalami PMS disarankan untuk mengurangi kegiatan sehari-hari mereka karena mereka sangat terganggu. Meskipun penyebabnya belum diketahui, sejumlah teori sedang diteliti. PMS mungkin berkaitan dengan meningkatnya kadar hormon setiap bulan, rendahnya kadar gula, kekurangan vitamin, perubahan yang tetap dalam bichemicals didalam otak yang mempengaruhi mood, kombinasi dari faktor-faktor itu, atau bukan salah satunya.

     

    Gejala-gejala atau perubahan-perubahan fisik dan mental yang sering dikeluhkan oleh para penderita sindrom pra-haid diantaranya yaitu:

     

    a)      Gejala fisik:

      Kenaikan berat badan

      Perasaan bengkak dan Pembengkakan (perut, jari, tungkai, pergelangan kaki, dll)

      Ketidaknyamanan buah dada (pembesaran, nyeri tekan, terasa berat, terasa kaku)

      Sakit kepala dan serangan migren

      Pegal dan nyeri pada otot

      Dismenore kongestif, yaitu sakit perut atau sakit pinggang bagian bawah

      Berkurangnya air kencing

      Perubahan kulit, termasuk bisul, jerawat, bercak putih, dan pembengkakan-pembengkakan lain

      Perubahan nafsu makan (kehilangan nafsu makan atau keinginan makan makanan yang berlemak)

      Perubahan tidur ( kurang tidur atau tidur berlebihan)

      Tidak ada gairah untuk aktif serta badan terasa lelah

      Mata terasa sakit, hidung tersumbat, dan timbul reaksi alergi

      Mual, pingsan, asma, dan epilepsy

      Kejang, terjadi karena dinding-dinding otot uterus dengan perlahan akan mengkerut untuk membantu mengeluarkan lapisan.

    b)      Gejala mental (psikis)

      Ketegangan dan cepat marah (emosional)

      Depresi, termasuk kurang percaya diri dan perasaan tidak berharga

      Stres

      Kelesuan

      Berkurangnya daya konsentrasi dan daya ingat berkurang

      Kecenderungan kearah keagresifan dan/atau kekerasan fisik

      Control emosi yang rendah dan reaksi emosi yang tidak logis

      Penurunan efisiensi, terutama dalam memecahkan masalah mental

      Kurang atau tidak ada dorhjongan seks

      Dorongan yang kuat untuk banyak makan, tidak ada hubungan dengan nafsu makan

      Bertambahnya kecenderungan minum obat, tablet, dsb.

     

    Empat kelompok gejala utama sindrom pra-haid telah diidentifikasi. Setiap perempuan dapat mengalami gejala-gejala dalam satu atau beberapa kelompok.

    1) Ketegangan Pra-haid berciri khas ketegangan syaraf, perubahan suasana hati, rasa terganggu dan kecemasan.

    2)    Hiperhidrasi, atau sindroma hiperhidrasi, ditandai oleh penambahan berat badan, pembengkakan ditangan dan kaki, kelunakan buah dada, dan kembungnya perut.

    3)   Hasrat makan yang berarti bertambahnya selera dengan hasrat makan makanan-makanan manis atau asin, gejala-gejala pun mencakup sakit kepala, kelelahan, pusing, dan jantung yang berdebar.

    4     Depresi pun umum dan mencakup mudah lupa, menangis, kebingungan dan sukar tidur.

     

    Para perempuan yang diganggu oleh sindrom pra-haid dapat memperbaiki gejala-gejala mereka dengan melakukan perubahan-perubahan diet sebagai berikut:

              Mengurangi jumlah gula yang dimakan

           Menambah serat

             Makan makanan yang berprotein tinggi karena dapat menyebabkan lebih banyak air yang keluar tubuh , sehingga mengurangi rasa penuh diperut bagian bawah

             Mengurangi jumlah lemak yang dimakan

             Mengurangi jumlah garam yang dimakan jika retensi cairan merupakan masalah

             Menghindari kafein dan beberapa minuman ringan

     

    GANGGUAN HAID

    Gangguan haid adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal : panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah haid. Melibatkan hipotalamus, hipofisis, ovarium dan endometrium
    Fisiologi haid normal


    Kaidah-kaidah  haid normal :

             Berlangsung antara 25-35 hari atau 21-31 hari

             Estrogen dihasilkan oleh follikel & korpus luteum

             Peningkatan Estrogen pada midsiklus → lonjakan LH → ovulasi

             P dihasilkan hanya oleh korpus luteum

             Korpus luteum ada hanya jika terjadi ovulasi

             Umur korpus luteum ±10-14 hr

             Fase luteal/F.sekresi ±14 hr (hampir selalu tetap)

             Fase folikulogenesis/F.proliferasi variasi antara 7-21hr

     

    Klasifikasi gangguan haid

    Digolongkan dalam :

      Kelainan panjang siklus (N=21-35hr):

    o   Polimenore (sering) jika haid terjadi kurang 21 hari

    ·       Oligomenore (jarang) jika haid terjadi lebih dari 35 hari

    ·       Amenore (tidak haid) → jika haid tidak terjadi selama 3 bln berturut - turut

      Kelainan banyaknya haid (Normalnya darah haid = ±80ml):

      Hipermenore (banyak) jika darah haid lebih 80ml

    o  Hipomenore (sedikit) jika darah haid kurang dari 80ml

      Kelainan lama haid (Normalnya lama haid  3 – 7 hari):

      Menoragi (memanjang) jika lama haid lebih 7 hari

    o   Brakimenore (memendek) jika lama haid kurang dari 3 hari

      Metroragi (jika haid terjadi diluar siklus normal)

      Perdarahan bercak

    o   Premenstrual spotting

      Postmenstrual spotting

      Perdarahan uterus disfungsional

      Gangguan lain berhubungan dengan haid :

    o    Metroragi (haid diluar siklus)

    o    Dismenore (nyeri bila haid)

    ·           Premenstrual tension (ketegangan haid)

     

    JENIS-JENIS GANGGUAN HAID PADA WANITA

    Adapun beberapa gangguan haid pada wanita yaitu sebagai berikut

    1.      Amenorea

    a.       Definisi

    Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya haid pada seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:

      Amenorea primer, yaitu keadaan tidak terjadinya haid pada wanita usia 16 tahun.

     Amenorea sekunder, yaitu tidak terjadinya haid selama 3 siklus (pada kasus oligomenorea/jumlah darah haid sedikit), atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus haid biasa.

    b.         Penyebabnya

    1)   Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:

      Pubertas terlambat

      Kegagalan dari fungsi indung telur

      Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)

      Gangguan pada susunan saraf pusat

      Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah haid, dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal

     

    2) Penyebab terbanyak dari amenorea sekunder adalah kehamilan, setelah kehamilan, menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi. Jika sebab-sebab tersebut bisa disingkirkan, maka penyebab lainnya adalah:

      Obat-obatan

      Stres dan depresi

     Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga berlebihan, obesitas

      Gangguan hipotalamus dan hipofisis

      Gangguan indung telur

      Penyakit kronik

     

    c.         Tanda dan gejalanya

    Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya haid pada usia 16 tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan payudara, perkembangan rambut pubis), atau kondisi dimana wanita tersebut tidak mendapatkan haid padahal sebelumnya sudah pernah mendapatkan haid. Gejala lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan terjadinya amenorea.

     

    2.   Oligomenorea

    a.       Definisi

    Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus haid memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita yang mengalami oligomenorea akan mengalami haid yang lebih jarang daripada biasanya. Namun, jika berhentinya siklus haid berlangsung lebih dari 3 bulan, maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder.

     

    b.      Penyebabnya

    Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon tersebut menyebabkan lamanya siklus haid normal menjadi memanjang, sehingga haid menjadi lebih jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya menopause. Oligomenorea yang terjadi pada masa-masa itu merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya haid pertama dan menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan keseimbangan hormon dalam tubuh. Disamping itu, oligomenorea dapat juga terjadi pada:

      Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS)

      Stres dan depresi

      Sakit kronik

      Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)

      Penurunan berat badan berlebihan

      Olahraga berlebihan, misal atlit

      Adanya tumor yang melepaskan estrogen

     Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang menghambat pengeluaran darah haid

      Penggunaan obat-obatan tertentu

    Umumnya oligomenorea tidak menyebabkan masalah, namun pada beberapa kasus, dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Pemeriksaan ke dokter kandungan harus dilakukan ketika oligomenorea berlangsung lebih dari 3 bulan dan mulai menimbulkan gangguan kesuburan.

     

    3.   Polimenorea

    a.       Definisi

    Ketika seorang wanita mengalami siklus haid yang lebih sering (siklus haid yang lebih singkat dari 21 hari), hal ini dikenal dengan istilah polimenorea. Wanita dengan polimenorea akan mengalami haid hingga dua kali atau lebih dalam sebulan, dengan pola yang teratur dan jumlah perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.

    Polimenorea harus dapat dibedakan dari metroragia. Metroragia merupakan suatu perdarahan iregular yang terjadi di antara dua waktu haid. Pada metroragia, haid terjadi dalam waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit.

     

    b.      Penyebabnya

    Timbulnya haid yang lebih sering ini tentunya akan menimbulkan kekhawatiran pada wanita yang mengalaminya. Polimenorea dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium.

    Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus haid normal sehingga didapatkan haid yang lebih sering. Gangguan keseimbangan hormon dapat terjadi pada:

       3-5 tahun pertama setelah haid pertama

       Beberapa tahun menjelang menopause

       Gangguan indung telur

       Stress dan depresi

       Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)

       Penurunan berat badan berlebihan

       Obesitas

       Olahraga berlebihan, misal atlit

       Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin, NSAID, dll

     

    Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah yang keluar terus menerus. Disamping itu, polimenorea dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena gangguan hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi (proses pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.

    4.      Menoragia atau Hipermenorea

    a.       Definisi

    Menoragia atau hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal (lebih dari 80ml/hari) atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu haid. Siklus haid yang normal berlangsung antara 21-35 hari, selama 2-8 hari dengan jumlah darah haid sekitar 25-80 ml/hari.

     

    b.      Gejala

    Penderita menoragia dapat mengalami beberapa gejala seperti:

     Perlu mengganti pembalut hampir setiap jam selama beberapa hari berturut-turut

     Perlunya mengganti pembalut di malam hari atau pembalut ganda di malam hari

      haid berlangsung lebih dari 7 hari

      Darah haid dapat berupa gumpalan-gumpalan darah

      Haid yang berlangsung berkepanjangan dengan jumlah darah yang terlalu banyak untuk dikeluarkan setiap harinya dapat menyebabkan tubuh kehilangan terlalu banyak darah sehingga memicu terjadinya anemia. Terdapat tanda-tanda anemia, seperti napas lebih pendek, mudah lelah, pucat, kurang konsentrasi, dll.

    c.    Penyebanya

    Timbulnya perdarahan yang berlebihan saat terjadinya haid (menoragia) dapat terjadi akibat beberapa hal, diantaranya:

    1)   Adanya kelainan organik, seperti:

      infeksi saluran reporduksi

      kelainan koagulasi (pembekuan darah), misal : akibat von willebrand disease, kekurangan protrombin, idiopatik trombositopenia purpura (ITP), dll

      Disfungsi organ yang menyebabkan terjadinya menoragia seperti gagal hepar atau gagal ginjal. Penyakit hati kronik dapat menyebabkan gangguan dalam menghasilkan faktor pembekuan darah dan menurunkan hormon estrogen.

    2) Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan kelenjar tiroid dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, siklus anovulasi, Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS), kegemukan, dll

    3) Kelainan anatomi rahim seperti adanya mioma uteri, polip endometrium, hiperplasia endometrium, kanker dinding rahim dan lain sebagainya.

    4) Latrogenik : misal akibat pemakaian IUD, hormon steroid, obat-obatan kemoterapi, obat-obatan anti-inflamasi dan obat-obatan antikoagulan

     

    5.      Hipomenorea

    Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Penyebab Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal

     

    6.      Metroragia

    a.       Definisi

    Metroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid. Metroragia merupakan suatu perdarahan iregular yang terjadi di antara dua waktu haid. Pada metroragia, haid terjadi dalam waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit. Metroragia tidak ada hubungannya dengan haid, namun keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun hanya berupa bercak

     

    b.      Klasifikasi

       Metroragia oleh karena adanya kehamilan, seperti abortus, kehamilan ektopik.

       Metroragia diluar kehamilan

     

    c.       Penyebabnya

    1)    Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh, carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis, peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis haemorrhagia), hormonal.

    2)    Perdarahan fungsional:

       Perdarahan Anovulatoar, disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik, penyakit akut maupun kronis.

     Perdarahan Ovulatoar, akibat korpus luteum persisten, kelainan pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis.

     

    GANGGUAN LAIN DALAM HUBUNGAN DENGAN HAID

                Gangguan lain dalam hubungan dengan haid antara lain:

    1.     DISMEMOREA 

    Dismenorea (Nyeri haid) mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita wanita muda pergi kedokter untuk konsultasi dan pengobatan. Gangguan ini bersifat subjektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. Penyakit ini sudah lama dikenal, tetapi sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan. Dismemorea dibagi atas:

    ·         Dismenorea Primer (esensial, intrinsik, ideopatik), tidak terdapat hubungan dengan kelainan ginekologik.

    ·         Dismenorea Sekunder (Ekstrinsik, yang diperoleh, acquired) disebabkan oleh kelainan ginekologik.

    1. Dismemorea Primer.

    Adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat genital yang nyata. Terjadi beberapa waktu setelah menarche, biasanya 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan pertama setelah menarche umumnya bersifat anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri, rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam. Rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terdapat pada perut bawah, tertapi dapat menyebar kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri disertai dengan mual, sakit kepala, muntah.

    Faktor penyebab dismemorea primer :

    1)         Faktor kejiwaan

    2)         Faktor Konstitusi

    3)         Faktor obstruksi kanalis servikalis

    4)         Faktor Endokrin

    5)         Faktor alergi         
    Penanganan

      Penanganan dan nasihat

    Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidakberbahaya untuk kesehatan. Pemberian nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.

      Pemberian obat analgesik

    Obat analgesik yang sering diberiakan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, Ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.

      Terapi hormonal

    Tujuan terapi ini adalah menekan ovulasi. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

      Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

    memegang peranan penting terhadap dismemorea primer.Yaitu indometasin, ibuprofen, dan naproksen. Seabaiknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai; 1-3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid.

      Dilatasi kanalis servikalis

    Dapat memberikan keringanan karena dapat memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin didalamnya. Neuroktomi prasakral (pemotongan urat syaraf sensorik anatara uterus dan susunan syaraf pusat) ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat syaraf sensorik yang ada di ligamentum infundibulum) merupakn tindakan terkhir, apabila usaha-usaha lain gagal.

     

    2.   Dismemorea Sekunder

    Biasanya baru muncul kemudian yaitu jika ada penyakit yang datang kemudian. Penyebabnya adalah kelainan atau penyakit seperti :

             Infeksi rahim

             Kista/polip

             Tumor sekitar kandungan

             Kelainan kedudukan rahim menetap

            Ada juga yang disebut endometriosis , yaitu kelainan letak lapisan dinding rahim, sehingga apabila menjelang menstruasi, pada saat dinding rahim menebal, akan dirasakan sakit yang luar biasa.Endometriosis bisa mengganggu kesuburan.

     

     2.   PREMENSTUAL TENSION ( Tegangan Prahaid)

    Premenstrual tension merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.

    Penanganan

    Untuk mengurangi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10 hari sebelum haid pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari agak dikurangi. Pemberian obat deuretik (Hidrokhlorotiazide 50 mg per hari ) untuk kurang lebih 5 hari dapat bermanfaat. Progesteron sintetik dalam dosis kecil dapat diberikan selama 8-10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif dari estrogen. Pemberian testosteron dalam bentuk methiltestosteron 5 mg sebagai tablet isap dapat diberikan untuk mengurangi kelebihan estrogen; hormon androgen jangan diberikan lebih dari 7 hari dalam satu siklus.

     

    3.   VICARIOUS MENSTRUATION

    Istilah ini dipakai untuk kasus-kasus tertentu yang jarang dijumpai, dimana terjadi perdarahan  ekstragenital dengan interval periodik yang sesuai dengan siklus haid.

    Vicarious menstruation dapat juga terjadi pada berbagai alat, seperti : lambung, usus, paru-paru mammae,dan kulit.

    penangan
    Penangan dapat dilakukan apabila pada alat yang berdarah ada kelainan yang dapat diangkat atau diobati.

     

    4.   MITTLESCHMERZ DAN PERDARAHAN OVULASI

    Mittleschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus haid, pada saat ovulasi. Diagnosa dibut berdasarkan saat terjadinya peristiwa dan bahwa nyerinya tidak mengejang tidak menjalar,dan tidak disertai mual atau muntah.

    Penanganan
    Penangananya umumnya terdiri atas penerangan pada wanita yang bersangkutan

     

    5.    MASTALGIA

    Gejala mastalgia ialah rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum haid. Sebabnya edema dan hiperemi karena peningkatan relatif dari kadar estrogen.

    Terapi biasanya terdiri atas pemberian deuretikum, sedang pada mastalgia keras kadang-kadang perlu diberikan metiltestosteron 5 mg perhari secara sublingual. Bromokriptine dalam dosis kecil dapat mengurangi penderitaan.

     

     

    6.    PERDARAHAN BUKAN HAID

                Yang dimaksud adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Perdarahan tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid atau 2 jenis perdarahan yang menjadi satu, yang pertama metroragia dan yang kedua menometroragia. Dapat disebabkan karena kelainan organik pada alat genetal atau oleh kelainan fungsional.

    Sebab-sebab organik perdarahan dari uterus,tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada :

       Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, dll

       Korpus uteri, seperti polip endometrium dll.

       Tuba fallopi, seperti kehamilan ektopik terganggu dll.

       Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium dll.

    Sebab-sebab fungsional

    Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organic dinamakan perdarahan disfungsional. Dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause, tetapi lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium.

    Penangana Dapat diberikan :

    1)    Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadar dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberika secara IM dispropionas estradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg.

    2)    Progesteron Pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat diberikan per os 10 mg, yang dapat diulangi.

     

     

     

     

     

    B.     PELVIC IMPLEMENTARY DESEASE (PID)

    1.      Pengertian

    Adalah  suatu kumpulan radang pada saluran genital bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum mapun secara hematogen ataupun sebagai akibat hubungan seksual.

    Mekanisme Infeksi Menjalar saat, menstruasi, persalinan dan abortus, operasi ginecologi disebabkan oleh bakteri.

    a.     Gonorhoe

    b.      Kuman-kuman lain streptococcus, aerob, maupun yang anaerob stapylococuc.

    c.       Chalamydia, mycoplasma, ureaplasma, virus, jamur dan parasit.

     

    Bentuk-bentuk PID

    a.      Endomitrisis

    b.      Endomitris acut

    c.      Endrometrisis kronica

    d.      Myometrisis

    e.      Parametrisis (celulit pelvic).

    f.       Salpingitis.

    g.      Salvingitis dan oovhoritis (adneksitis).

    h.      Pelvioperitonitis (perimetrisis).

     

    Faktor predisposisi penyakit radang panggul:

    a.      Wanita tanpa perlindungan kontrasepsi (kondom) dengan seksual aktiv apalagi multi patner.

    b.      Pemakai IUD yang terlalu lama.

    c.       Berbagai tindakan medis intra uterin.

     

    2.      Gejala pelvic inflammatory deseases:

    a.       Tegang nyeri abdomen bagian bawah.

    b.      Tegang nyeri adneksa unilateral dan bilateral.

    c.       Tegang nyeri pada pergerakan servik.

    d.      Tempratur diatas 30◦c

    e.       Pengeluaran cairan servik atau vagina abnormal

    f.       Peningkatan C reaktiv protein.

    g.      Pada pemeriksaan lender servik dijumpai clamidia terachomatis atau neisseria gonorhoe

    h.      Laju endap darah meningkat.

     

    Diagnosis banding penyakit radang panggul adalah:

    a.       Kehamilah ektopic yang pecah intak

    b.      Toxis kista ovarium

    c.       Appendicitis acuta.

    d.      Pervorasi dan taypus abdominalis.

     

    3.      Bentuk-bentuk PID

    a.      Endometritis

    Endometritis adalah suatu peradangan pada endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada jaringan.

    Edometritis paling sering ditemukan terutama:

    1)      Setelah seksio sesarea.

    2)      Partus lama atau pecah ketuban yang lama.

     

    Diagnosis banding

    Diagnosis banding endometritis meliputi infeksi traktus urinarius, infeksi pernafasan, septikemia, tromboflebitis pelvis dan abses pelvis.

    Penata laksanaan pada endometritis

    1)      pemberian anti biotika dan drainase yang memadai.

    2)      Pemberian cairan intra vena dan elektrolit.

    3)      Penggantian darah.

    4)      Tirah balingdan analgesia.

    5)      Tindakan bedah.

    Endometritis akut

    Pada  endrometritis akut endometrium mengalami endema dan hiperemi terutama terjadi pada post partum dan post abortus.

    Penyebab :

    1)      Infeksi  gonorhoe dan infeksi pada abortus dan partus.

    2)      Tindakan yang dilakukan didalam uterus seperti pemasangan IUD, kuretase.

    Gejala-gejala :

    1)      Demam.

    2)      Lochia berbau.

    3)      Lochia lama berdarah malahan metro rhagia.

    4)     Kalau randang tidak menjalar keparametrium atau perimetrium tidak nyeri.

    Penatalaksanaan :

    Dalam  pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar. Adapun pengobatannya:

    1)      Uterotonik.

    2)      Isitirahat, letak powler.

    3)      Antibiotika.

    Endometritis kronika

    Endometritis kronika tidak sering ditemukan. Pada pemeriksaan microscopic ditemukan banyak sel-sel plasma dan limposit.

    Gejala-gejala klinis endometritis kronika :

    1)      Leukorea.

    2)      Kelainan haid seperti menorhagie dan metrorhagie.

    Pengobatannya tergantung pada penyebabnya endometritis kronika ditemukan:

    1)      Pada tuberkolosis.

    2)      Pada sisa-sisa abortus atau partus yang tertinggal.

    3)      Terdapat corpus alineum dikavum uteri.

    4)      Pada polip uterus dengan infeksi.

    5)      Pada tumor ganas uterus.

    6)      Pada salpingo ooforitis dan selulitis pelvic.

    b.      Myometritis

    Biasanya  tidak berdiri sendiri tetapi lanjutan dari endometritis, maka gejala-gejala dan terapinya sama dengan endommetritis. Diagnose hanya dapat dibuat secara patologi anatomis.

    c.       Para metritis (celulit pelvica)

    Para  metritis yaitu radang dari jaringan longgar dalam ligamenlatum. Radang ini biasanya unilateral.

    Diagnosa banding

    Adnexitis  lebih tinggi dan tidak sampai  ke dinding panggul : biasanya birateral.

    Etiologi : parametrisis dapat terjadi :

    1)      Dari endometritis dengan 3 cara ;

    a)      Percontinuitatum : endometritis, metritis, para metritis.

    b)      Leyempuhogen

    c)      Hamematogen : phelbitis, para metritis.

    2)      Dari robekan serfik.

    Perforasi  uterus oleh alat-alat (sonde, kuret, IUD).

     

    Gejala :

    1)      Suhu tinggi dengan demam mengigil.

    2)      Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah, defense dll.

    Terapi : antibiotika.

     

     

     

     

     

    d.      Salpingitis akut

    Diagnose  banding :

    kehamilan  ektopik, tidak ada demam, KED tidak tinggi,dan leokositose tidak seberapa. Kalau  test kehamilan positif,maka adneksitis dapat dikesampingkan, tapi kalau negatif keduanya mungkin.

    Appendicitis: tempat nyeri tekan lebih tinggi (MC burney).

    Salpingitis menjalar ke ovarium sehingga terjadi oophoritis. Salpingitis dan oophoritis diberi nama adnexitis.

     

    Etilogi

    Paling sering disebabkan oleh gonococcus dan bactery tbc.

    Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :

    1)      Naik dari cavum uteri.

    2)      Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari appendiks yang meradang.

    3)   Haematogen terutama salpingitis tuberculosa. Salpingitis biasanya bilateral.

    Gejala :

    1)      Demam tinggi dengan mengigil.

    2)      Nyeri perut kanan kiri bawah, terutama kalau ditekan.

    3)      Defense kanan dan kiri atas ligamen pourparet.

    4)      Mual dan muntah, ada gejala abdomen akut karena terjadi rangsangan peritoneum.

    5)    Kadang-kadang ada tendensi pada anus karena proses dekat pada rectum dan sigmoid.

    6)    Pada periksa dalam nyeri kalau portio digoyangkan karena nyeri kiri dan kanan dari uterus, kadang-kadang ada penebalan dari tuba.

    Terapi :

    1)      Isitrahat, antibotik broad spectrum dan corticosteroid.

    2)      Usus harus kosong.

     

    e.       Pelvioperitonitis (perimetritis)

    Bianya  terjadi sebagai lanjutan dari salpingoophoritis. Kadang-kadang terjadi dari endometritis atau para metritis.

    Etiologi :

    1)      GO.

    2)      Sepsis (post partum dan post abortus).

    3)      Dari appendicitis.

    Pelvioperitonitis dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan dari alat-alat dalam rongga panggul dengan akibat perasaan nyeri atau ileus.

    Dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :

    1)  Bentuk yang menimbulkan perlekatan-perlekatan tanpa pembentukan nanah.

    2)   Bentuk dengan pembentukan nanah yang menimbulkan douglas abses.

    Pelvium peritonitis akut

    Gejala : nyeri diperut bagia bawah.

    Diagnosa :

    Pada periksa dalam teraba infiltrate dalam cavum Douglasi, tapi kadang-kadang hanya ada penebalan lipatan cavum Douglasi yang teraba sebagai pinggir yang keras. Sebagai akibat pelveoperitonitis dapat terjadi douglas abces. Douglas abces ini dapat pecah kedalam rectum atau kedalam fornix posterior vaginae.

    Douglas abses dapat terjadi :

    a.      Nanah yang keluar dari salpingitis purulenta

    b.      Pyosalping yang pecah

    c.       Haematocela retrouterina yang terinfeksi

    d.      Abses ovarium yang pecah

    e.      Dari abses appendicular

    f.       pelveoperitonitis purulenta

    g.      perforasi usus pada typus abdominalis (terutama di Negara yang sedang berkembang).

     

     

    Gejala :

    a.         Demam intermitens , pasien mengigil.

    b.        Tanesmi ad anum.

    Diagnosa :

    a.       Pada periksa dalam teraba masa yang kenyal yang berfluktuasi dalam cavum douglasi dan nyerti tekan.

    b.      KED tinggi dan gambaran darah toksis.

    Diagnosa banding :

    a.      Haematocele retrouterina : terjadi lambat laun dan setelah beberapa laa menjadi keras.

    b.      Tumor-tumor retrouterin : biasanya batas-batasnya jelas, kadang-kadang dapat digerakan

    c.       dalam palametrium : terletak dalam ligamen sacrouterinum.

    Terapi :

    a.      Antibiotik bored sepectrum.

    b.      Istirahat dalam letak powler.

    c.       Opiat untuk mengurangi rasa nyeri.

    d.      Infus untuk mempertahankan balance elektrolit.

    e.      Dekompresi  dengan abott miller tube.

    f.       Pada douglas abses dilakukan kolpotomia kosterior, kalau setelah kolpotomi tidak segara ada perbaikan harus dicari sebab-sebab extra genital, misal perforasi karena usus typus abdominalis.

     

     

     

     

     

     

     

     

    BAB III

    PENUTUP

     

    A.      Simpulan

    Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa gangguan haid adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal : panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah haid. Melibatkan hipotalamus, hipofisis, ovarium dan endometrium fisiologi haid normal. Adapun jenis-jenis gangguan haid pada wanita adalah Amenorea, Metroragia Hipomenorea Menoragia atau Hipermenorea Polimenorea Oligomenorea. Sedangkan Pelvic Implementary Desease (PID) adalah  suatu kumpulan radang pada saluran genital bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum mapun secara hematogen ataupun sebagai akibat hubungan seksual. Adapun bentuk-bentuk PID diantaranya Endomitrisis, Endomitris acut, Endrometrisis kronica, Myometrisis, Parametrisis (celulit pelvic)., Salpingitis, Salvingitis & oovhoritis (adneksitis) dan Pelvioperitonitis (perimetrisis).

     

    B.       Saran

    Untuk itu wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk bisa dikuasai dan dimiliki oleh para perempuan dan laki-laki yang berumah tangga, supaya kesejahtaraan dan kesehatan bisa tercapai dengan sempurna. Oleh kerana itu penulis memberi saran kepada para pihak yang terkait khususnya pemerintah, Dinas Kesehatan untuk bisa memberikan pengetahuan dan wawasan tersebut kepada khalayak masyarakat dengan cara sosialisasi, kegiatan tersebut mudah-mudahan kesehatan reproduksi masyarakat bisa tercapai dan masyarakat lebih pintar dalam menjaga kesehatannya.

     

     

    DAFTAR PUSTAKA

     

    Bidan, Warung. 2017. “Masalah Kesehatan Reproduksi dan cara mengatasinya” (Online)http://warungbidan.blogspot.com/2017/09/masalah-kesehatan-reproduksi-dan-cara.html Diakses pada tanggal 14 Maret 2019.

     

    Eka, Nur. 2009. “Pelvic Inflamatory Desease” (Online) http://nureka258.blogspot.com/2015/10/makalah-pelvic-inflamatory-desease-pid.html Diakses pada tanggal 14 Maret 2019

     

    Martin, Jt. 2015. “Kesehatan Reproduksi Penyakit Radang Panggul” (Online)

                       https://makalahpoint.blogspot.com/2015/03/kesehatan-reoroduksi-penyakit-radang-panggul.html Diakses pada tanggal 14 Maret 2019

     

    Syarif,  Jusmiati. 2016. “Gangguan Haid” (Online) http://jusmiatisyarifjusmi02.blogspot.com/2016/11/makalah-gangguan-haid.html Diakses pada tanggal 14 Maret 2019

     

     

     

     

    LAMPIRAN

     

    KASUS 1

                Ny. Y seorang ibu rumah tangga, datang ke Poli Kandungan dengan keluhan ada bengkak di daerah kemaluan bagian bawah, ada leukore, panas dan nyeri waktu kencing. Dari hasil anamnesa, suami bekerja sebagai driver bus antar provinsi dan pulangnya satu minggu sekali.

    Sesuai data kasus diatas, Ny.Y menderita penyakit......

    a.    Vulvitis

    b.    Vaginitis

    c.    Cervixitis

    d.    Bartholinitise

    e.    Endometriosis

    KASUS 2

          Ny. H umur 47 tahun, mengeluh sejak satu tahun ini mengalami menstruasi yang tidak teratur, kadang-kadang tiga bulan tidak menstruasi, kadang menstruasi sangat banyak. Akhir-akhir ini sering merasa cemas, dada berdebar-debar, sulit tidur dan mudah tersinggung  setelah dilakukan pemeriksaan dijumpai hasil TD 130/80 mmHg, N 88 x/m, BB 76 kg.

    Berdasarkan pengkajian Ny.H memasuki masa....

    a.    Menopause

    b.    Kelainan haid

    c.    Premenopause

    d.    Perdarahan didfungsional

    e.    Senium

     

    KASUS 3

          Ny.V umur 42 tahun, mengalami menstruasi tidak teratur kurang lebih 6 bulan, saat ini setiap mesntruasi perdarahan banyak dan keluar stosel. Datang ke bidan, hasil pemeriksaan teraba masa berbenjol-benjol.

    Sesuai data kemungkinan Ny.V mengalami suspect...

    a.    Myoma Uteri

    b.    Endometriosis

    c.    Cystoma Ovarii

    d.    Cervixitis Uteris

    e.    Endometriosis

     

     


  • Copyright © - Ki Co

    Ki Co - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan