Halaman
- Home>
- MAKALAH RESUSITASI BBL
Posted by : Ruang Mahasiswa
Rabu, 18 Maret 2020
RESUSITASI BBL
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas
Kelompok
Mata Kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan II
Oleh:
Kelompok 3
1. Nurul Huda
2. Cantik
3. Fardah Agusriani
4. Asrina Ramdani
AKADEMI
KEBIDANAN MENARA PRIMADANI
WATANSOPPENG
2019
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan
harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca.Untuk kedepannya, dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena itu,
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Watansoppeng,
05 April 2019
Kelompok
3
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A.
Latar Belakang .......................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A.
Pengertian Resusitasi................................................................................... 3
B.
Persiapan Resusitasi BBL............................................................................ 4
C.
Tanda-tanda dan Kondisi yang Memerlukan Resusitasi ............................. 4
D.
Langkah-langkah resusitasi BBL ................................................................ 5
E.
Asuhan resusitasi pada BBL........................................................................ 5
BAB III
PENUTUP ........................................................................................... 15
A.
Simpulan ................................................................................................. 15
B.
Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resusitasi Neonatus Kematian, Neonatus di Indonesia masih tinggi.
Walaupun sudah banyak upaya untuk menurunkan kematian neonatus, tetapi masih
dirasakan perlunya dilakukan upaya penurunan kematian neonatus. Kasus kegawatan
bayi banyak terjadi di ruang neonatus, kamar bersalin/kamar operasi, dan unit
gawat darurat. Oleh karena itu staf di tempat tersebut harus dapat
menatalaksana kasus kegawatan yang memerlukan resusitasi neonatus Analisis
Tugas Kompetensi: Melakukan resusitasi neonatus secara efektif dan dalam waktu
yang tepat Definisi Resusitasi Neonatus Resusitasi neonatus merupakan suatu
prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus yang gagal bernapas spontan dan
adekuat PERSIAPAN RESUSITASI Satu tenaga terampil terlatih untuk resusitasi,
yang dapat melakukan resusitasi lengkap Tenaga tambahan Peralatan resusitasi
yang memadai Tindakan pencegahan infeksi Peralatan/Bahan yang disiapkan Perlengkapan
Pengisapan Bulb Syringe/ penghisap balon Kateter pengisap, ukuran 5 (atau 6),
8, 10 Fr Aspirator mekonium Pengisapan mekanik Selang pemberian makan ukuran 8
Fr dan spuit 20 cc Perlengkapan Balon dan Sungkup/Masker Oral airway, neonatus
cukup bulan dan prematur Balon resusitasi neonatus dengan katup pelepas tekanan
Reservoar oksigen untuk memberikan O % Oksigen dengan pengukur aliran
(flowmeter) dan pipa oksigen Sungkup wajah dengan bantalan pinggir, ukuran
untuk neonatus cukup bulan dan prematur Kanul hidung atau kateter hidung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pembuatan makalah ini
adalah:
1.
Apa
pengertian resusitasi?
2.
Apa
saja persiapan resusitasi bayi baru lahir?
3.
Bagaimana tanda-tanda
dan kondisi yang
memerlukan resusitasi?
4.
Apa
saja asuhan resusitasi BBL?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan
penulisan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pengertian resusitasi.
2. Untuk
mengetahui apa saja persiapan resusitasi
bayi baru lahir.
3. Untuk
mengetahui tanda-tanda
dan kondisi yang
memerlukan resusitasi.
4.
Untuk mengetahui asuhan
resusitasi BBL.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Resusitasi
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam
memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang
cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya. Resusitasi digunakan untuk manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.
Adapun
pengertian resusitasi menurut para ahli:
1.
Resusitasi adalah
pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan buatan.(Kamus
Kedokteran, Edisi 2000).
2.
Resusitasi (
respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada
otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2002).
3.
Resusitasi adalah
tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang
yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang
berorientasi pada otak (Tjokronegoro, 1998).
4.
Sedangkan menurut
Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti harfiah “menghidupkan
kembali”, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah
suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi
jantung paru terdiri atas dua komponen utama yakni: bantuan hidup dasar (BHD)
dan bantuan hidup lanjut (BHL). Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.
B. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap
melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat
menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan.
Walaupun hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami
kerusakan otak yang berat atau meninggal.
1.
Persiapan
Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga
mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta
persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan
melakukan tindakan yang diperlukan.
2.
Persiapan
Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat
resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya
rata, keras, bersih dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai
beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi.
Tempat resusitasi sebaiknya di dekat sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan
tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan
lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax).
Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.
3.
Persiapan
Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan,
siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:
a. 2 helai
kain/handuk.
b. Bahan ganjal bahu
bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung
setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
c. Alat pengisap
lendir DeLee atau bola karet.
d. Tabung dan
sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
e. Kotak alat
resusitasi.
f. Jam atau pencatat waktu
g. Sarung tangan
4. Persiapan
Penolong
a. Mengenakan
alat pelindung diri pada persalinan.
b. Mencuci
kedua tangan dengan air mengalir dan sabun.
c. Mengenakan
kedua sarung tangan menjelang kelahiran.
C.
Tanda-tanda dan Kondisi yang memerlukan Resusitasi
1.
Tanda-tanda
resusitasi perlu dilakukan
a.
Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak
bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat. Lihat gerakan dada naik
turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal
berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan
telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan menangis,
kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
b.
Denyut jantung-frekuensi
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut
jantung bayi tidak teratur. Frekuensi denyut jantung harus
> 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan
stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan
karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung
selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi denyut jantung selama 1 menit)
Hasil penilaian:
1)
Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan,
dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
2)
Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas
spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
c.
Warna Kulit
Apabila penilaian
warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai
sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit
menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan.
Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan
karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang
bersalin yang dingin.
2.
Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi
a.
Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau
akibat lidah yang jatuh ke posterior.
b.
Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan
kepada ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam,
magnesium sulfat, dan sebagainya.
c.
Kerusakan neurologis.
d.
Bayi kurang bulan.
e.
Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau
susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat
menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
f.
Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau
perdarahan
Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.
Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.
D.
Langkah-langkah
Resusitasi BBL
1. Resusitasi BBL Langkah Awal
a.
Jaga bayi tetap hangat
1)
Letakkan bayi di atas kainn ke-1
yang ada di atas perut ibu atau sekitar 45 cm dari perineum.
2)
Selimuti bayi dengan kain
tersebut, wajah, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat.
3)
Pindahkan bayi yang telah
diselimuti kain ke-1 ke atas kain ke-2 yang telah digelar di tempat resusitasi.
4)
Jaga bayi tetap diselimuti
wajah dan dada terbuka di bawah pemancar panas.
b.
Atur posisi bayi
1)
Letakkan bayi di atas kain ke-1
yang ada di atas ibu atau sekitar 45 cm dari perineum.
2)
Posisikan kepala bayi pada
posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu.
c.
Isap lendir
1)
Gunakan alat penghidap DeLee
dengan cara sebagai berikut.
2)
Isap lendir mulai dari mulut
dahulu, kemudian hidung.
3)
Lakukan pengisapan saat alat
pengisap ditarik keluar, tidak pada waktu dimasukkan.
4)
Jangan lakukan pengisapan
terlalu dalam yaitu jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut karena dapat
menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti
bernapas. Untuk hidung jangan melewati cuping hidung.
Jika dengan balon karet penghisap
lakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Tekan bola di luar mulut dan hidung.
2) Masukkan ujung pengisap di mulut dan lepaskan tekanan pada bola
(lendir akan terisap).
3) Untuk hidung, masukkan di lubang hidup sampai cuping hidung dan lepaskan.
d.
Keringkan
dan rangsang bayi
1) Keringkan
bayi dengan kain ke-1 mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
sedikit tekanan. Tekanan ini dapat merangsang BBL mulai menangis.
2) Rangsangan
taktil berikut dapat juga dilakukan untuk merangsang BBL mulai bernapas:
Menepuk/ menyentil telapak kaki; atau Menggosok punggung/ perut/ dada/ tungkai
bayi dengan telapak tangan.
3) Ganti kain
ke-1 yang telah basah dengan kain ke-2 yang kering dibawahnya.
4)
Seimuti bayi dengan kain kering
tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau pernapasan bayi.
e.
Atur
kembali posisi kepala bayi
Atur kembali
posisi bayi menjadi posisi menghidup.
f.
Langkah
penilaian bayi
1)
Lakukan penilaian apakah bayi
bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap.
2)
Bila bayi bernapas normal: lakukan
asuhan pasca resusitasi.
3)
Bila bayi megap-megap atau tidak
bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.
2. Resusitasi BBL Ventilasi
Ventilasi
adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke
dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa
bernapas spontan dan teratur.
a.
Pasang sungkup
Pasang dan
pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
b.
Ventilasi 2 kali.
c.
Lakukan tiupan atau remasan dengan
tekanan 30 cm air
Tiupan awal
tabung-sungkup atau remasan awal balon-sungkup sangat penting untuk menguji
apakah jalan napas bayi terbuka dan membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai
bernapas.
d.
Lihat apakah dada bayi mengembang
Saat
melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada bayi mengembang.
Jika tidak mengembang:
1)
Periksa posisi sungkup dan pastikan
tidak ada udara yang bocor.
2)
Periksa posisi kepala, pastikan
posisi sudah menghidu.
3)
Periksa cairan atau lendir di mulut.
Bila ada lendir atau cairan lakukan pengisapan.
4)
Lakukan tiupan atau remasan 2 kali
dengan tekanan 30 cm air, jika dada mengembang lakukan tahap berikutnya.
e.
Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
1)
Tiup tabung atau remas balon
resusitasi sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi
mulai bernapas spontan dan menangis.
2)
Pastikan dada mengembang saat
dilakukan tiupan atau peremasan, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang
napas.
Jika bayi
mulai bernapas/ tidak megap-megap dan atau menangis, hentikan ventilasi
bertahap.
1.
Lihat dada apakah ada retraksi.
2.
Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernapas >40 per menit dan
tidak ada retraksi berat:
1.
Jangan ventilasi lagi.
2.
Letakkan bayi dengan kontak kulit ke
kulit dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL.
3. Pantau
setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan.
Jangan tinggalkan bayi sendiri.
Lakukan
asuhan pasca resusitasi.
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas,
lanjutkan ventilasi.
f.
Ventilasi, setiap 30 detik hentikan
dan lakukan penilaian ulang napas
1)
Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30
detik (dengan tekanan 20 cm air)
2)
Setiap 30 detik, hentikan ventilasi,
kemudian lakukan penilaian ulang bayi, apakah bernapas, tidak bernapas atau
megap-megap
3)
Jika bayi mulai bernapas normal/ tidak
megap-megap dan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan
pasca resusitasi.
4)
Jika bayi megap-megap atau tidak
bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian
ulang napas setiap 30 detik.
g.
Siapkan rujukan jika bayi belum
bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi
1)
Jelaskan kepada ibu apa yang
terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa.
2)
Mintalah keluarga untuk
mempersiapkan rujukan.
3)
Teruskan ventilasi selama
mempersiapkan rujukan.
4)
Catat keadaan bayi pada formulir
rujukan dan rekam medik persalinan
h. Lanjutkan
ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung
1) Lanjutkan
ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air).
2)
Setiap 30 detik, hentikan ventilasi,
kemudian lakukan nilai ulang napas dan nilai jantung.
Jika dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar, ventilasi 10 menit.
Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan kepada
ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan.
Bayi yang mengalami henti jantung 10 menit kemungkinan besar mengalami
kerusakan otak yang permanen.
3.
Resusitasi
BBL bila Ketuban Bercampur Mekonium
Mekonium
merupakan tinja pertama dari BBL. Mekonium kental pekat dan berwarna hijau tua
atau kehitaman. Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali pada 12-24 jam
pertama. Kira-kira pada 15% kasus, mekonium dikeluarkan bersamaan dengan cairan
ketuban beberapa saat sebelum persalinan. Hal ini menyebabkan warna kehijauan
pada cairan ketuban. Mekonium jarang dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan.
Bila mekonium terlihat sebelum persalinan bayi dengan presentasi kepala,
lakukan pemantauan ketat karena hal ini merupakan tanda bahaya.
1.
Penyebab janin mengeluarkan mekonium
sebelum persalinan
Tidak selalu
jelas mengapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-kadang hal ini
terkait dengan kurangnya pasokan oksigen (hipoksia). Hipoksia kan meningkatkan
peristaltik usus dan relaksasi sfingter ani sehingga isi rektum (mekoneum)
diekskresikan. Bayi-bayi dengan risiko tinggi gawat janin (misal; Kecil untuk
Masa Kehamilan/KMK atau Hamil Lewat Waktu) ternyata air ketubannya lebih banyak
tercampur oleh mekonium (warna kehijauan) dibandingkan dengan air ketuban pada
kehamilan normal.
2.
Risiko air ketuban bercampur
mekonium terhadap bayi
Hipoksia
dapat menimbulkan refleks respirasi bayi di dalam rahim sehingga mekonium yang
tercampur dalam air ketuban dapat terdeposit di jaringan paru bayi. Mekonium
dapat juga masuk ke paru jika bayi tersedak saat lahir. Masuknya mekonium ke
jaringan paru bayi dapat menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian.
3.
Apa yang dapat dilakukan untuk
membantu seorang bayi bila terdapat air ketuban bercampur mekonium?
Siap untuk
melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur mekonium.
Langkah-langkah tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika air ketuban
bercampur mekonium sama dengan pada bayi yang air ketubannya tidak bercampur
mekonium hanya berbeda pada:
a. Setelah
seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis/ bernapas/ bernapas
normal/ megap-megap/ tidak bernapas?
b. Jika
menangis/ bernapas normal, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak
diikat dan tidak dibubuhi apapun, lanjutkan dengan langkah awal. Jika
megap-megap atau tidak bernapas, buka mulut lebar, dan isap lendir di mulut,
klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi
apapun, dilanjutkan dengan langkah awal.
Keterangan: Pemotongan tali pusat dapat merangsang
pernapasan bayi, apabila masih ada air ketuban dan mekonium di jalan napas,
bayi bisa tersedak (aspirasi).
E. Asuhan
Pasca Resusitasi
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan
kaadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pascaresusitasi
dilakukan pada keadaan:
1.
Resusitasi
Berhasil
Resusitasi berhasil bila pernafasan
bayi teratur, warna kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti dengan
perbaikan tonus otot atau bergerak aktif lanjutkan dengan asuhan berikutnya.
a.
Jelaskan
pada ibu tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan.
b.
Anjurkan
ibu segera memberi ASI kepada bayi nya.
c.
Anjurkan
ibu untuk menjaga kehangatan bayi.
d.
Jelaskan pada ibu untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi
baru lahir dan minta pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada
bayi.
e.
Lakukan
asuhan BBL normal.
2. Bayi Perlu Rujukan
Bila bayi pascaresusitasi kondisinya
memburuk, segera rujuk kepasilitas rujukan.
a. Jelaskan pada ibu bahwa bayi nya
perlu dirujuk, bayi dirujuk bersama ibunya.
b. Mintak keluarga untuk menyiapkan
sarana trasportasi secepatnya.
c. Bawa peralatan resusitasi selama
perjalanan ketempat rujukan.
d. Periksa keadaan bayi selama
perjalanan.
e. Lindungi bayi dari sinar matahari.
f. Jelaskan pada ibu bahwa sebaiknya
memberi ASI segera kepada bayi nya kecuali pada keadaan gangguan nafas.
3. Resusitasi Tidak Berhasil
Bila bayi gagal bernafas setelah 20 menit tindakan
resusitasi dilakukan maka hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami
gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal.
Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral secara hati-hati
dan bijaksana , ajak ibu dan keluarga untuk memahami masalah dan musibah yang
terjadi serta berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab
sebelumnya, bahwa penulis dapat menyimpulkan:
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam
memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang
cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya. Resusitasi digunakan untuk manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.
Persiapan resusitasi BBL meliputi,
persiapan keluarga, persiapan tempat
resusitasi, persiapan alat resusitasi, persiapan penolong.
Langkah resusitasi BBL meliputi,
resusitasi BBL langkah awal, resusitasi BBL ventilasi, resusitasi BBL bila
ketuban bercampur mekonium.
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan
kaadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada keadaan, resusitasi
berhasil, bayi perlu rujukan dan resusitasi tidak berhasil.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan materi
diatas, maka penulis dapat menyarankan bahwa:
1.
Tenaga kesehatan harus dapat mengetahui
tanda dan gejala secara dini agar dapat melakukan penanganan segera.
2.
Dengan asuhan kebidanan yang diberikan,
diharapkan dapat memberi gambaran pengalaman bahwa segera akan memberikan
damapak yang tidak merugikan untuk di masa yang akan datang .
3.
Meningkatkan upaya-upaya untuk KIA,
Promotif, preventive, kuratif, dan rehabilitatif, kepada masyarakat, sehingga
ikut berperan serta dalam upaya menurunkan Angka Kematian Bayi.
DAFTAR
PUSTAKA
Saifuddin Abdul Bari, Dkk. 2002. Buku panduan praktis pelayanan
kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka sarwono
Prawirohardjo.
Sarwono
Prawirohardjo. 2008. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
http://madiena29.blogspot.co.id/2011/11/makalah-lengkap-resusitasi-bayi-baru.html
L